Kamis, 25 November 2010


Sejarah PSHT saat periode perintisan , pembaharuan , pengembangan dan go internasional :
A. Periode Perintisan

Dalam kilas perjalanan sejarah, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) merupakan sebuah organisasi ‘’Persaudaraan’’ yang bertujuan membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Desa Pilangbango, Madiun (sekarang Kelurahan Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun). Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah siswa kinasih dari Ki Ageng Soerodiwirjo (pendiri aliran pencak silat Setia Hati atai dikenal sebagai aliran SH). Ia juga tercatat sebagai pejuang perintis kemerdekaan Republik Indonesia.
Di awal perintisannya, perguruan pencak silat yang didirikan Ki Hadjar ini diberi nama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC). Semula, SH PSC lebih memerankan diri sebagai basis pelatihan dan pendadaran pemuda Madiun dalam menentang penjajahan. Untuk mensiasati kolonialisme perguruan ini beberapa kali sempat berganti nama, yakni, dari SH PSC menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club. Perubahan makna akronim ‘’P’’ dari ‘’ Pencak’’ menjadi ‘’Pemuda’’ sengaja dilakukan agar pemerintah Hindia Belanda tidak menaruh curiga dan tidak membatasi kegiatan SH PSC. Pada tahun 1922 SH PSC berganti nama lagi menjadi Seti Hati Terate. Kabarnya, nama ini merupakan inisiatif Soeratno Soerengpati, siswa Ki Hadjar —- yang juga tokoh perintis kemerdekaan berbasis Serikat Islam (SI).
B. Periode Pembaruan
Sementara itu, Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan Soekarno – Hatta pada tanggal 7 Agustus 1945 membawa dampak perubahan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Kebebasan bertindak dan menyuarakan hak serta menjalankan kewajiban sebagai warga negara terbuka lebar dan dihargai sebagaimana mestinya. Atas restu dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo, pada tahun 1948, Soetomo Mangkoedjojo, Darsono dan sejumlah siswa Ki Hajar, memprakarsai terselenggaranya konferensi pertama Setia Hati Terate. Hasilnya; sebuah langkah pembaharuan diluncurkan. Setia Hati Terate yang dalam awal perintisannya berstatus sebagai perguruan pencak silat di rubah menjadi “organisasi persaudaraan” dengan nama “Persaudaraan Setia Hati Terate”.
Mengapa langkah pembaharuan itu ditempuh? Alasannya, pertama agar organisasi tercinta kelak mampu mensejajarkan kiprahnya dengan perubahan zaman dan pergeseran nilai-nilai komunitas yang melingkupinya. Dengan mengubah organisasi dari yang bersifat “paguron” menjadi organisasi yang bertumpu pada “sistem persaudaraan”, berarti gaung pembaharuan telah dipekikkan dan proses perubahan telah di gelar. Yakni perubahan daya gerak organisasi dari sistem tradisional ke sistem organisasi modern. Dan organisasi modern inilah yang kelak diharapkan mampu menjawab tantangan kehidupan yang semakin kompleks.
Alasan kedua; agar organisasi yang dibidaninya itu nantinya tidak dikuasai dan bergantung pada orang-perorang sehingga kelangsungan hidup organisasi dan kelestariannya lebih terjamin.
Menyelaraskan perubahan era, dari era penjajahan ke era kemerdekaan, dalam konggres pertama SH Terate yang digelar tahun 1948, tiga butir pembaharuan dilontarkan.
1. Merubah sistem Organisasi dan Perguruan Pencak Silat (paguron) menjadi “Organisasi Persaudaraan dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)”
2. Menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang pertama.
3. Mengangkat Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua.
Makna kata persaudaraan dalam paradigma baru PSHT ini adalah persaudaraan yang utuh. Yakni suatu jalinan persaudaraan yang didasarkan pada rasa saling sayang menyayangi, hormat menghormati dan saling bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak membedakan siapa aku dan siapa kamu. Persaudaraan yang tidak terkungkung hegomoni keduniawian (drajat, pangkat dan martabat) dan terlepas dari kefanatikan SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).
Soetomo Mengkoedjojo menyelesaikan masa bhaktinya sebagai Ketua PSHT pada tahun 1974. Pada periode ini perkembangan PSHT mulai melebar keluar wilayah Madiun. Tercatat, (5) cabang diluar Madiun berhasil didirikan. Antara lain di Surabaya, Jogjakarta, dan Solo.

C. Periode Pengembangan
Gaung pembaharuan yang telah dipekikkan lewat konferensi (semacam musyawarah : MUBES) SH Terate di Pilangbango, Madiun itu dengan arif diakui sebagai era baru perjalanan roda organisasi. Era perubahan gerak organisasi dari tradisional ke organisasi modern. Konsekuensi dari perubahan tersebut, salah satu diantaranya adalah dengan mengentalkan komitmen pengembangan organisasi agar semakin maju, berkembang dan berkualitas.
Kiprah Persaudaraan Setia Hati Terate dalam memvisualisasikan dirinya pada komitmen itu bisa dilihat melalui salah satu upaya saat berusaha mengembangkan sayapnya, merambah ke luar daerah. Dan masyarakat yang menjadi fokus pengembangannya pun cukup heterogen, mulai dari masyarakat papan atas sampai masyarakat di papan paling bawah. Tak heran, jika Persaudaraan Setia Hati Terate lantas mendapat sambutan cukup hangat dari segenap lapisan masyarakat.
Kesepakatan menjadikan daya gerak organisasi bertumpu pada “sistem di P. Jawa, tapi merambah ke luar jawa. Selama itu pula, cabang PSHT yang semula hanya 5 cabang bertambah menjadi 46 cabang.
Sepeninggal RM Imam Koesoepangat, tepatnya tanggal 16 November 1987, praktis beban dan tanggung jawab tongkat kepemimpinan PSHT beralih ke pundak Mas Tarmadji. Ibaratnya dua tanggung jawab yang semula ditanggung berdua, kini harus diemban sendiri. Meski begitu, ternyata Mas Tarmadji mampu. Terbukti berkat solidnya sistem koordinasi antar jajaran pengurus dan kadang tercinta, PSHT berhasil melesat ke kancah paradigma baru.
Selain memprioritaskan pengembangan sektor ideal, dia menggebrak lewat program pembangunan sarana dan prasarana fisik organisasi. Ditengah kesibukan memimpin banyak lembaga sosial kemasyarakatan —sebab, selain sebagai Ketua Umum PSHT H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, juga tercatat sebagai ketua Hiswana Migas, Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Kota Madiun, Direktur Kelompok Bimbingan Ibadah haji Al-Mabrur, dan masih banyak lagi organisasi yang dipimpin, Meski begitu, terbukti Mas Tarmadji mampu memperkokoh eksistensi PSHT, tidak saja di bidang pengembangan sarana dan prasarana phisik organisasi, tapi juga pengembangan cabang.
Melengkapi keberadaan PSHT, didirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Setia Hati Terate. Dalam perkembangannya Yayasan Setia Hati Terate berhasil menelorkan kinarya monumental berupa lembaga pendidikan formal berupa Sekolah Menengah Industri Pariwisata Kusuma Terate (SMIP) dengan akreditasi diakui, SMIP Kusuma Terate telah berhasil mencetak siswa-siswinya menjadi tenaga terampil dibidang akomodasi perhotelan.
Sementara untuk mendukung kesejahteraan anggotanya Yayasan Setia Hati Terate juga mendirikan lembaga perekonomian berupa Koperasi Terate Manunggal. Disamping telah memiliki aset monumental berupa Padepokan PSHT yang berdiri di atas tanah seluas 12.290 M2, di Jl. Merak Nambangan Kidul Kota Madiun, organisasi ini juga terdukung sejumlah asset lain yang diharapkan mampu menyelaraskan diri dengan era globalisasi.
Data terakhir menyebutkan, Persaudaraan Setia Hati Terate kini telah memiliki 200 cabang yang tersebar di Indonesia serta 67 komisariat Perguruan Tinggi dan beberapa Komisariat Luar Negeri. Total jumlah anggota mencapai 1,5 juta lebih.

D. Go International
Ketika Mas Tarmadji Boedi Harsono, S.E dan Drs. Marwoto memimpin organisasi, kepak sayap perkembangan PSHT melesat pesat tidak hanya di dalam negeri, tapi merambah ke luar negeri. Dengan kiat PSHT Must Go International, Tarmadji berhasil melambungkan nama PSHT di kancah percaturan kultur dan peradaban dunia.
Tercatat ada beberapa komisariat luar negeri yang berhasil dikukuhkan. Masing-masing, Komisariat PSHT Bintulu, Serawak, Malaysia, Komisariat Holland/Belanda, Komisariat Timor Loro Sae, Komisariat Hongkong ,Komisariat Moskow , Mesir , Australia , dll.
Dengan demikian tekad mengemban misi sekaligus juga amanat organisasi sebagimana yang termaktub dalam mukaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate. Yakni : ……akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana “Sang Mutiara Hidup” bertahta (Baca : Mukkaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate).

Sejarah Tapak Suci

Di Banjarnegara, Jawa Tengah, Kiyai Haji (K.H.) Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putera yang diberi nama Ibrahim. Sejak kecil ia menerima ilmu pencak dari ayahnya. Ibrahim tumbuh menjadi Pendekar yang menguasai pencak ragawi dan batin / inti tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu, kemudian berganti nama menjadi K.H. Busyro Syuhada.
Pada awalnya K.H.Busyro Syuhada mempunyai 3 murid, yaitu :
  • Achyat ( adik misan ), yang kemudian dikenal dengan K.H. Burhan
  • M.Yasin ( adik kandung ), yang dikenal dengan K.H. Abu Amar Syuhada
  • Soedirman, yang dikemudian hari mencapai pangkat Jenderal dan pendiri Tentara 
Nasional Indonesia, bahkan bergelar Panglima Besar Soedirman.
Pada tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah K.H. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib. Dalam kesempatan itu mereka adu ilmu pencak antara M. Wahib dan M. Burhan. Kemudian A. Dirnyati dan M. Wahib dengan pengakuan yang tulus  mengangkat K.H. Busyro Syuhada sebagai guru dan mewarisi ilmu pencak dari K.H. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman. Menelusuri jejak gurunya, Ahmad Dimyati mengembara ke barat sedang M. Wahib mengembara ketimur sampai ke Madura untuk menjalani adu kaweruh ( uji ilmu ). Pewaris ilmu banjaran, mewarisi juga sifat-sifat gurunya M. Wahib sebagaimana K.H. Busyro Syuhada, bersifat keras, tidak kenal kompromi, suka adu kaweruh. Untuk itu sangat menonjol nama M. Wahib dari pada  A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari pada adiknya M. Wahib tetapi karena pendiam dan tertutup maka tidak banyak kejadian-kejadian yang dialami. Sebagaimana M. Burhan yang mempunyai sifat dan pembawaan sama dengan A. Dimyati.
K. H. Busyro Syuhada pernah menjadi guru pencak untuk kalangan bangsawan dan keluarga Kraton Yogyakarta. Salah satu diantara muridnya adalah R.M. Harimurti, seorang pangeran kraton, yang dikemudian hari beberapa muridnya mendirikan perguruan–perguruan pencak silat yang beraliran Harimurti.

Kauman, Seranoman dan Kasegu

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada memberi wewenang kepada pendekar binaannya, A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama Perguruan "Kauman", yang beraliranBanjaran.
Perguruan Kauman mempunyai peraturan bahwa murid yang telah selesai menjalani pendidkan dan mampu mengembangkan ilmu pencak silat diberikan kuasa untuk menerima murid.
M. Syamsuddin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M..Wahib diangkat sebagai pembantu utama; dan dizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan ”Seranoman".  Perguruan Kauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus menjadi murid di Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di perguruan Kauman. Moh. Zahid yang menjadi murid angkatan ketiga (3) bahkan berhasil pula mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan; kegesitan, dan ketajaman gerak. Tetapi murid ketiga ini pada tahun 1948, wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh. Barie lrsjad.
Pendekar Besar KH Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Pendekar Besar KH Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira Jepang, Makino, pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencak silat andalannya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Perguruan Kauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino. Pada tahun 1948 Pendekar Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan Kauman untuk beberapa sa’at berhenti kegiatannya dan tidak menampakkan akan muncul lagi Pendekar. Moh. Barie lrsjad sebagai murid angkatan keenam (6) yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya mendirikan perguruan "Kasegu"
Kalau perguruan-perguruan sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya. Perguruan Kasegu diberikan nama sesuai dengan senjata yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barie Irsjad.

Lahirnya Tapak Suci

Moh. Barie lrsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran Banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali ke wadah tunggal.
Pendekar Besar M. Wahib merestui berdirinya satu Perguruan yang menyatukan seluruh perguruan di Kauman. Restu diberikan dengan pengertian Perguruan nanti adalah kelanjutan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925 yang berkedudukan di Kauman.
Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya. dan M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya untuk bergabung. Maka Pendekar M. Barie Irsjad bersama sembilan anak murid menyiapkan segala sesuatunya untuk mendirikan Perguruan.
Dasar-dasar perguruan Kauman yang dirancang oleh Moh. Barie lrsjad, Moh. Rustam Djundab dan Moh. Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab. Do’a dan lkrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom, lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja', lambang Regu Inti "Kosegu" diciptakan Adjib Hamzah. Sedang bentuk dan warna pakaian dibuat o!eh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
Maka pada tanggal 31 Juli 1963 lahirlah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci 

Sejarah Berdirinya Pencak Silat Cempaka Putih






A. WARISAN NENEK MOYANG

Pencak silat merupakan kebudayaan yang tumbuh dan digali oleh nenek moyang Bangsa Indonesia dan diwariskan kepada anak cucu melalui proses panjang secara turun-temurun dan mengandung nilai-nilai budaya, Tradisi atau adat sakral. Dimana pencak silat di dalamnya terkandung unsure olah raga, beladiri dan seni serta tersimpan pula ilmu-ilmu lahir maupun batin. Konon pada zaman kerajaan tempo dahulu, pencak silat merupakan silat yang ampuh bagi tentara kerajaan untuk membela diri dan mempertahankan kedaulatan kerajaan. Adapun pencak silat dapat diartikan= “ ngepenke kawikcasanaan” (mengutamakan kebijaksanaan) SILAT= “ sinau” (belajar) “ilmu” “laku” (kegiatan) “amanah” “Tuhan”(allah).

B. BAPAK WAGIMAN.

Bapak Wagiman, beliau dilahirkan di kota Magetan pada tanggal 31 januari 1944. pada tahun 1966 adalah masa peralihan zaman orde lama ke zaman orde baru di Negara Indonesia. Dengan penuh tantangan dan kendala Bp. Wagiman pada masa itu mulai merintis dan menata kesinambungan budaya pencak silat yang telah diwarisinya.
Pada saat itu di kabupaten Magetan masa kekosongan Organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Jadi Organisasi Pencak Silat yang berada di kabupaten Magetan pada waktu itu masih berdiri sendiri tanpa induk organisasi IPSI. Pada tahun 1969, atas nama komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Cabang Magetan menunjuk dan mengangkat Bp. Wagiman menjadi ketua IPSI cabang Magetan pada kurun waktu tahun 1969 sampai tahun 1971. pada masa inilah Bp. Wagiman mulai aktif menggerakkan kegiatan IPSI, untuk mengisi kekosongan aktifitas IPSI cab. Magetan. Tepatnya pada tanggal 1 april 1971, secara resmi digiatkannya olah raga bela diri pencak silat yang mendapat rekomendasi dan ijin dari kepala Kepolisian Resort 1054 Magetan dan Komandan KODIM 0804 Magetan, yang akhirnya ini merupakan cikal bakal berdirinya organisasi olah raga bela diri pencak silat cempaka putih.
Tepatnya pada tanggal 18 juli 1974 dengan diberi nama Organisasi Olah Raga Bela Diri Cempaka Putih secara resmi didirikan oleh Bapak Wagiman. Kemudian diakui dan terdaftar pada IPSI cab. Magetan dengan surat keputusan No. 3/6/IPSI/74 kemudian dinyatakan sebagai pusat induk Organisasi Olah Raga Pencak Silat Cempaka Putih berada di Magetan Provinsi Jawa Timur.
Di dalam mendirikan Organisasi Olah Raga Bela Diri Pencak Silat Cempaka Putih, Bapak Wagiman mendapat dukungan dari para pendekarnya antara lain:
1.Kol. Pol. Drs. Cuk sugiarto, MA.
2.Letkol Pol. Drs. Pranowo
3.Kapten Inf. Purn. Ngadeni
4.Lettu Pol. Sukar H.W
5.Lettu Pol. Puguh
6.Peltu Pol. Purn. Masdar
7.Peltu Pol. Purn. Mulyono H.S
8.H. Soemarmo
9.Purdjito
10.Ahmad Nidom
11.Maelan
12.Kusnidi
Didalam pengembangan telah disiapkan pula para pelatih yang handal antara lain:
1.Drs. Kusdi
2.Sugeng Haryono
3.Syukurno
4.Suprapto
5.Totok Suprapto
Dengan modal Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Olah Raga Bela Diri Pencak Silat Cempaka Putih dan dengan landasan spiritual: ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, landasan moral: pancasila, serta landasan operasional : panca setia cempaka putih, dengan semboyan WIRO YUDHO WICAKSONO dan lambing bunga cempaka berwarna putih berdiri dengan kokoh dan mekar berkembang di seluruh wilayah persada nusantara
Di dalam pengembangannya Organisasi Olah Raga Bela Diri Cempaka Putih berpedoman pada ajaran-ajaran dan kaidah-kaidah pencak silat, serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang serba maju dan modern.
Dengan bekal ilmu lahir maupun batin yang dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk bahan pendidikan dan pembinaan yang meliputi:
Ilmu Teknik Pencak Silat
Ilmu Tenaga dalam
Ilmu terapi ( penyembuhan )
Ilmu kerohanian
Kini Organisasi Olah Raga Bela Diri Pencak Silat Cempaka Putih telah berkembang pesat dan telah mencetak jutaan pendekar yang terdiri dari tiga tingkatan warga, yaitu:
Tingkat Warga Purwa
Tingkat Warga Madya
Tingkat Warga Wasana
Tingkat Warga Dwija

Jumat, 19 November 2010

SEJARAH PERGURUAN SATRIA NUSANTARA

DR. Drs. H. Maryanto (pendiri Satria Nusantara) dilahirkan pada tanggal 4 April 1962 di Kisaran, Sumatra Utara. Memiliki silsilah unik, yaitu pihak ibu berdarah campuran Batak-Cina dan pihak bapak berdarah campuran Jawa-Cina. Beliau sejak kecil siangkat oleh orang Jawa. Masa remaja sampai dewasa dibesarkan dilingkungan Muhammadiyah, Kauman Yogyakarta.

Sejak usia 11 tahun sudah hobi membaca dan belajar sendiri sesuatu yang berhubungan dengan bela diri dan pernafasan. Pernah berguru di berbagai perguruan seperti Prana Sakti, Sinar Putih, Tapak Suci, Yoga, Taichi dan Kungfu, Pernafasan aliran Jawa, Silat Stroom dsb.

Senang menggabungkan hasil penelitian ilmah di Barat, penalaran dan renungan diri serta apa yang dipelajarinya secara tradisional maupun bacaan. Bercita-cita menjadi seorang dokter sehingga banyak mempelajari ilmu kesehatan dan sejak usia 16 tahun sudah senang mengobati orang sakit. Latar belakang Muhammadiyah dan ilmu eksakta melengkapi pengembangan seutuhnya dirinya, sehingga terciptalah ilmu seni pernafasan Satria Nusantara yang diharapkan dapat dipertanggung jawabkan dari sudut agama, kesehatan dan ilmu pengetahuan.

Kemudian mendirikan Perguruan Beladiri Tenaga Dalam Satria Nusantara pada tanggal 31 Agustus 1985 di Yogyakarta yang satu tahun kemudian disempurnakan dalam bentuk badan hukum Yayasan dengan amal usaha yang sekarang disebut Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara.

Nama Satria Nusantara diambil dari gabungan kata-kata / bahasa sansekerta, yaitu :
Sat (enam), Tri (tiga), A (daya/ kekuatan), Nusa Antara (nusanara=gabungan dari berbagai ilmu kesehatan, ilmu pengetahuan dll).
Jadi ilmu satria nusantara adalah ilmu pengembangan enam indra manusia dengan tiga kekuatan yaitu: nafas, jurus, dan konsentrasi/ dzikir yang asal usulnya dari gabungan berbagai aliran ilmu, diseleksi dengan filter agama, kesehatan, pengetahuan dll sebatas kemampuan penalaran, wawasan, penelitian, dan percobaan beliau sebagai manusia.
Sejarah Cipta Sejati 
 
“Cipta Sejati”, selanjutnya disebut dengan “CS” adalah Institut Seni Bela Diri Silat yang mengajarkan “tenaga dalam”, juga dikenal dengan istilah Prana atau Chi (Ki). Diantara manfaat terpenting bagi peserta latih adalah dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan, pengobatan diri sendiri dan orang lain (bidang kesehatan). Kewaskitaan secara umum juga digunakan untuk mengatasi semua problem gangguan dalam kehidupan baik secara nyata (fisik) maupun non fisik (gaib). Namun keilmuan “CS” bersifat pasif (defensif), dalam arti dapat bekerja pada saat terdesak (darurat) saja, yaitu saat ingin membela diri. Tidak dapat digunakan untuk menyerang. Setiap siswa dibimbing secara moral, sehingga untuk dapat naik tingkat dituntut untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmu “CS” dalam kebaikan. Nilai-nilai ajaran Islam menjadi landasan pendekatan, pemahaman dan pengembangan keilmuan “CS”. Setiap anggta “CS” sangat tidak dianjurkan berhubungan dengan makhluk astral (jin). Latihan yang dilakukan adalah senam, senam pernafasan, gerakan jurus silat, konsentrasi / pemusatan dan pemanfaatan tenaga dalam / prana.
“Cipta Sejati” yang berpusat di Banjarmasin, sesungguhnya telah mulai hadir dan berkegiatan di kota Medan dan sekitarnya sejak tahun 1998.
Sifat.
Keilmuan CS Bersifat Pasif (Defensif) dalam arti hanya dapat bekerja hanya pada saat terdesak (darurat) saja,yaitu pada saat ingin membela diri.jdi tidak dapat mendahului menyerang lawan.Hal ini menguntungkan dari satu sisi karena dapat encegah pemegang ilmu berbuat semena-mena dengan ilmunya.

Syarat

Dalam CS ada empat pantangan (ketentuan) yang tidak boleh dilanggar secara mutlak ,yaitu:
1.Tidak boleh melawan (duhaka) pada orang tua.
2.Tidak boleh merusak pagar ayu.
3.Tidak boleh makan daging babi
4.Tidak boleh Mabuk .
Dan satu larangan sebagai pelengkap ,yaitu tidak boleh sombong. Seseorang yang ingin menjadi anggota CS dipersyaratkan untuk dapat menyetujui empat pantangan dan satu larangan tersebut.Kemudian akan diperkenalkan dan menguasai 10 jurus dasar CS.

Manfaat

CS dapat digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan/pengobatan diri sendiri dan orang lain (bidang kesehatan),Kewaskitaan dan secara umum juga digunakan untuk mengatasi semua problem/gangguan dalam kehidupan,baik secara nyata (fisik) maupun Non fisik (gaib) Karena CS seperti energi pelindung yang dapat memahami kebutuhan kita,sehingga akan bekerja setiap kali -dibutuhkan.Setiap Siswa di CS dibimbing secara moral,sehingga untuk dapat naik ketingkat yang lebih tinggi dituntut untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmunya dalam kebaikan.Secara tidak langsung hal ini mendidik anggotanya untuk tetap dalam kebaikan dan semakin mendalami nilai – nilai ajaran agama Islam.

Sejarah Singkat Silat Nasional Perisai Diri

PENDIRI

Perisai Diri didirikan oleh Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmojo. Putra Raden Mas Pakoe Sudirdjo ini lahir pada tanggal 8 Januari 1913 dalam tembok Paku Alaman. Pemuda ini tumbuh sebagai pesilat, baru berumur sembilan tahun saja, silat di Keraton Paku Alaman sudah terkuasai.

Soebandiman sadar, dunia silat bukan cuma sebatas tembok keraton. Setamat HIK pada umur 16 tahun ia meninggalkan Paku Alaman demi ilmu silat.

Pemuda Soebandiman pergi menyusuri kota demi kota. Jombang, Solo, Semarang, dan Cirebon adalah tempatnya belajar silat. Ilmu kanuragan dan ilmu agama diserapnya dari pakar-pakar ilmu tersebut.

Pengalamannya berguru silat membuahkan tekad besar untuk menggabungkan dan mengolah ilmu-ilmu yang dipelajarinya itu. Berpindah guru baginya berarti mengetahui hal baru dan menambal yang kurang. Satu keyakinannya, bila sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari dengan niat baik pula, maka Tuhan akan menuntunnya mencapai cita-cita, iapun mulai meramu ilmu silat sendiri.

Silat ciptaan R.M.S. Dirdjoatmojo yang pertama disebarkan dengan membuka perguruan silat Eka Kalbu di Banyumas. Ditengah kesibukannya melatih dan membina perguruan, ia terus belajar, diantaranya berguru pada seorang suhu bangsa Tionghoa yang beraliran Siauw Liem Sie yang membuat ilmunya semakin paripurna.

Pada tahun 1954 R.M.S. Dirdjoatmodjo pindah ke Surabaya, dibantu seorang muridnya mengadakan kursus pencak silat yang menandai berdirinya Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri pada tanggal 2 Juli 1955. Teknik Silat yang diajarkan adalah gabungan berbagai teknik beladiri yang ada di Indonesia.

Kursus Perisai Diri mulai berkembang, peminatnya bukan sekedar pelajar dan mahasiswa, namun meluas ke kalangan pekerja, pegawai negeri, swasta, sampai militer. Perisai Diri-pun melebarkan sayap sampai ke Australia, Belanda, Jerman, Austria, dan Inggris. Menunjukan Silat yang satu ini mudah dipelajari oleh semua orang, segala usia, dan tingkatan ekonomi, sosial dan bangsa .

Pada tanggal 9 Mei 1983, R.M.S. Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Tongkat kepelatihan beralih pada murid-murid utamanya, para anggota pendekar. Untuk menghargai jasa-jasanya pada tahun 1986 pemerintah RI menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama untuk guru tercinta ini.

TEKNIK

Perisai Diri merupakan intisari dari segala ilmu silat yang dimiliki R.M.S. Dirdjoatmodjo. Ilmu silat yang terdiri atas 19 teknik ini disesuaikan dengan kebutuhan dan anatomi manusia.
Ke-19 teknik tersebut mempunyai ciri tersendiri dalam hal pengosongan, peringanan dan pemberatan tubuh, gerak merampas dan merusak, menangkis dan mengunci serangan tangan, kaki dan badan, cara menghindar dan mengelak, gerak lompatan, cara menolak, menebang dan melempar, gerak mendorong dan menebak, pengaturan napas, penyaluran tenaga serta penggunaan senjata.

Ke-19 teknik tersebut adalah Jawa Timuran, Minangkabau, Betawen, Bawean, Cimande, Burung Meliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Kuda Kuningan, Lingsang, Harimau, Naga, Satria Hutan, Satria, Pendeta, Putri Bersedia, Putri Berhias, Putri Teratai, dan Putri Sembahyang.

Perisai Diri juga mengenal penggunaan senjata. Senjata wajib bagi pesilat PD adalah pisau, pedang, dan toya. Dengan dasar penguasaan ketiga senjata itu, pesilat PD dapat menggunakan senjata lainnya seperti pentung, teken, rantai, payung, clurit, trisula, samurai, tombak, golok, kipas, dan lain sebagainya.

Perisai Diri juga mengajarkan kerohanian secara bertahap dengan maksud memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya. Anggota Perisai Diri diharapkan mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan kerohanian ini dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah pendidikan mental yang mendidik siswa menjadi manusia bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tangguh, ksatria, dan berbudi luhur. Yang kedua bersumber dari R.M.S. Dirdjoatmodjo untuk memerisai diri dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.

Keseimbangan antara Pengetahuan silat dan kerohanian akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segalanya ada Sang Pencipta. Keseimbangan ini akan mengarahkan manusia pada tujuan akhir yang paling luhur, yakni mengabdi kepada Tuhan Sang Pencipta.

SEJARAH IKS PI KERA SAKTI


Perguruan IKS PI Kera Sakti yang berpusat di Madiun Jawa Timur ini merupakan perguruan beladiri beraliran kung fu untuk gerakan beladirinya tetapi untuk kerohaniannya lebih cenderung ke Banten dan ulama Jawa. Berdiri pada tanggal 15 Januari 1980 di Jl. Merpati No. 45, Kelurahan Nambangan Lor, Kecamatan Mangunharjo, Kodya Madiun oleh bapak R Totong Kiemdarto dengan gerakan beladiri kung fu aliran utara dan selatan yang dipelajarinya dari pendekar aliran kung fu China yang ada di Indonesia.

Adapun nama dari perguruan ini semula adalah
IKS PI (Ikatan Keluarga Silat "Putra Indonesia) tetapi ketika perguruan mulai berkembang diberi nama tambahan "Kera Sakti" dibelakangnya. Hal ini adalah karena masyarakat maupun murid-murid perguruan ini lebih mengenal nama jurus perguruan yaitu teknik jurus keranya daripada nama asli perguruan. Untuk itu selanjutnya dalam memudahkan pencarian identitas perguruan sekaligus secara tidak langsung menambah wibawa nama perguruan maka disebutlah IKS PI Kera Sakti.

Bapak Totong Kiemdarto lahir pada tanggal 20 Oktober 1953 di Madiun. Sebagai pendiri sekaligus guru besarnya, ia mengajarkan pelajaran silat monyet dan kerohanian untuk memantapkan fisik dan iman siswa dan siswi yang selaras dengan tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, yang sehat lahir maupun batin dan berjiwa pancasila.

Pada mulanya perguruan ini hanya dikenal di lingkungan masyarakat desa Nambangan Lor saja tetapi pada sekitar 1983 beberapa murid angkatan I dan II mulaimengembangkan ajaran perguruan di beberapa tempat, yaitu SMAN 3 Madiun, Lanuma Iswahyudi dan Dempel. Baru kemudian menyusul berkembang ditempat lain yang tidak saja di wilayah eks Karesidenan Madiun tetapi juga diluar Madiun.

Didalam metode latihan IKS PI Kera Sakti terdapat 5 tahapan penting untuk mencapai tingkatan tertinggi,yaitu:

  1. Tingkat dasar I sabuk hitam dengan lama latihan 6 bulan;
  2. Tingkat dasar II sabuk kuning sengan lama latihan 6 bulan;
  3. Warga tingkat I sabuk biru dengan lana latihan 1 tahun;
  4. Warga tingkat II sabuk merah;
  5. Warga tingkat III sabuk merah strip emas.

I. Tingkat Dasar I Sabuk Hitam
Untuk latihan awal siswa tingkat dasar I harus melewati 3 tahapan penting di dalam latihan, yaitu:
  1. tingkat awal (materi latihan dimana siswa mulai mempelajari gerakan dasar prguruan);
  2. tingkat menengah (materi latihan dimana siswa mulai mempelajari gerakan lanjutan);
  3. tingkatan akhir (materi latihan dimana siswa akan diuji untuk melanjutkan ke tingkat dasar II).
Materi yang diberikan pada tingkat dasar I sabuk hitam antara lain teknik senam pelemasan dan yoga, teknik dasar pukulan dan tendangan, teknik dasar pernafasan Chi Kung serta teknik dasar pengembangan jurus.

II. Tingkat Dasar II Sabuk Kuning
Untuk latihan awal siswa tingkat dasar II harus melewati 3 tahapan penting dalam latihan, yaitu:
  1. tingkat awal (materi latihan dimana siswa mulai mempelajari gerakan dasar lanjutan perguruan);
  2. tingkat menengah (materi latihan dimana siswa mulai mempelajari gerakan lanjutan);
  3. tingkat akhir (materi latihan dimana siswa akan diuji untuk melanjutkan ke warga tingkat I.
Materi yang diberikan adalah teknik senam pelemasan dan yoga, teknik dasar pukulan dan tendangan, teknik dasar pernafasan serta teknik dasar pengembangan jurus.

III. Warga Tingkat I Sabuk Biru
Warga tingkat I harus melewati 3 tahapan penting dalam latihan, yaitu:
  1. tingkatan awal (materi latihan dimana siswa mulai mempelajari gerakan perguruan yang lebih rumit);
  2. tingkkatan menengah (materi latihan dimana siswa mulai mempelajari gerakan kombinasi);
  3. tingkat akhir (materi latihan dimana siswa akan diuji untuk melanjutkan ke warga tingkat II.
Materi yang diberikan pada Warga tingkat I Sabuk Biru adalah teknik senam pelemasan dan yoga, teknik dasar pukulan dan tendangan, teknik dasar pernafasan, teknik dasar pengembangan jurus.

IV. Warga Tingkat II Sabuk Merah
Untuk latihan bagi warga tingkat II lebih banyak mengacu pada pengembangan, kecepatan dan refleksitas gerakan jurus maupun kombinasi. Sedangkan untuk materi yang diberikan pada warga tingkat II ini hanya boleh diketahui oleh warga tingkat II keatas dan tidak dapat disebarkan kepada umum alias dirahasiakan.

V. Warga Tingkat III Sabuk Merah Strip Emas
Untuk latihan bagi warga tingkat III lebih banyak mengacu pada pemantapan dari pengembangan, kecepatan dan refleksitas gerakan jurus maupun kombinasi. Seperti halnya materi pada warga tingkat II, materi tingkat ini juga dirahasiakan.

Sejarah Karate di Indonesia

 


Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo(Alm). Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia.Dan beliau juga pendiri Indonesia Karate-DO (INKADO)
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya Dr. Markus Basuki) dan SHINDOKA (dengan tokohnya Bp. Bert Lengkong). Selain aliran-aliran yang bersumber dari Jepang diatas, ada juga beberapa aliran Karate di Indonesia yang dikembangkan oleh putra-putra bangsa Indonesia sendiri, sehingga menjadi independen dan tidak terikat dengan aturan dari Hombu Dojo (Dojo Pusat) di negeri Jepang.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia, baik yang berasal dari Jepang maupun yang dikembangkan di Indonesia sendiri (independen), setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.

Jumat, 05 November 2010

SEJARAH BERDIRINYA WUSHU INDONESIA

Wushu atau yang seringkali juga disebut Kungfu adalah Seni Beladiri yang berasal dari Tiongkok kuno. Tersebar keseluruh penjuru dunia melalui orang Tionghoa / Hua Ren yang pergi merantau.

Sejarah munculnya seni beladiri ini sudah tidak bisa ditelusuri lagi, konon usianya sudah ribuan tahun. Mungkin sama tuanya dengan sejarah Tiongkok yang dihiasi dengan banyak pertempuran. Dimana saat itu seni untuk bertempur dan mempertahankan diri sudah dikenal dalam bentuk yang masih sederhana.

Arti dari kata Wu adalah ilmu perang sedangkan arti kata Shu adalah seni. Sehingga Wushu dapat juga diartikan seni untuk berperang. Dimana didalamnya mengandung aspek seni, olahraga, kesehatan, beladiri dan mental.

Mempelajari Wushu sebenarnya tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan gerakan fisik belaka. Melainkan juga melibatkan pikiran, olah pernapasan, pemahaman anatomi tubuh, aliran darah dan jalur energi tubuh. Juga mempelajari penggunaan ramuan untuk memperkuat tubuh ataupun untuk pengobatan.

Disisi lain Wushu juga membentuk kepribadian, melatih kedisiplinan, ketahanan mental, kecerdikan, kewaspadaan, persaudaraan, jiwa satria dan lain sebagainya. Maka Wushu juga berfungsi sebagai ‘way of life’. Bahkan lebih jauh lagi bisa menjurus kearah pengembangan spiritual.

Di Indonesia sebenarnya Wushu sudah lama dikenal dengan istilah Kungfu. Tetapi barulah pada tanggal 10 November 1992 KONI pusat meresmikan berdirinya PB Wushu Indonesia yang merupakan wadah bagi seluruh Perguruan Kungfu di Indonesia.

Menilik Sejarah Merpati Putih


Siapa yang tak mengenal perguruan silat Merpati Putih ? beberapa praktisi silat pasti mengenal perguruan ini. Namun apakah adakah yang tahu mengenai sejarahnya  dan perkembangannya? Berikut artikel yang didapat Tim SI mengenai sejarah dan perkembangannya dari panitia Kejurnas MP V/2010 .

Sekitar tahun 1960 Bapak Saring Hadi Poernomo aktif membina kedua puteranya sekaligus yaitu Poerwoto Hadi Poernomo dan Budisantoso Hadi Poernomo merupakan pewaris termuda yang dikenal dengan panggilan Mas Poeng dan Mas Budi.
Pada tahun 1962 mas Poeng dan mas Budi mendapat amanat dari ayahnya Sang Guru Bapak Saring Hadi Poernomo agar ilmu beladiri yang sebelumnya merupakan milik keluarga itu disebarluaskan kepada umum demi kepentingan bangsa.
Tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, Merpati Putih resmi didirikan. Sejak inilah Merpati Putih dikenal masyarakat berkat usaha yang keras dan tekun dari kedua putera Sang Guru Saring Hadi Poernomo, yang tidak segan-segan turun langsung menangani latihan atau dengan wejangan-wejangan yang pada dasarnya untuk membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih.
Tahun 1968 kedua putera Sang Guru mencoba mengembangkan sayap dengan dibentuknya cabang pertama Madiun JawaTimur. Selanjutnya pihak militer juga mulai ditembus dan berhasil. Dari hasil peragaannya mendapat kehormatan melatih seksi I Korem 072 dan Batalyon 403/Diponegoro di Yogyakarta.  Ketika itu  suasana memasuki era Orde baru.
Pada Tahun 1969 atau tepatnya 2 April 1969 Sang Guru Sarengat Hadi Poernomo wafat. Tahun 1973 Merpati Putih mendapat undangan untuk diadakan penelitian dari segi-segi yang menyangkut metode latihan yang diselenggarakannya. Penelitian di AKABRI udara ditangani langsung oleh tenaga-tenaga ahli, antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM dibantu beberapa ahli lainnya dari AKABRI udara sendiri. Hasilnya menggembirakan dan ini mendorong pengembangan yang lebih luas wawasan Merpati Putih.Di Ibukota Jakarta pada tahun 1976 mendapat kehormatan melatih para anggota Pasukan Pengawal Presiden(PasWalPres).
Tahun 1977 komisariat cabang Jakarta dibentuk, dan mendapat peluang melatih para anggota Koppasandha di Cijantung sampai para anggota Kopassandha sanggup memperagakan keahliannya pada kemeriahan acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1978.
Hingga kini, PPS. Betako Merpati Putih tersebar di tanah air dengan mempunyai hampir 100 cabang
dan lebih dari 10 pengurus daerah. Tidak hanya di Indonesia, Merpati Putih juga tersebar di manca negara seperti Amerika, Jepang, Paris, Belanda, Australia, Austria, NewZealand,dll.
Agar perguruan ini dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan terorganisir dengan baik, maka pada  17 April 1998, Mas Poeng dan Mas Budi mendirikan Yayasan Saring Hadipoernomo.  Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, ilmu kanuragan warisan orangtuanya mulai dikembangkan dan diteliti secara ilmiah bersama dengan adiknya, R Budi Santoso.
Pada tanggal 7- 11 Juli 2010, Setelah vakum lebih dari 12 (dua belas) tahun, Merpati Putih menyelenggarakan Kejuaraan Nasional PPS. Betako Merpati Putih V/2010 bertempat di Padepokan Nasional Pencak Silat – Taman Mini. Disamping untuk mempertahankan keutuhan budaya bangsa Indonesia yang saat ini diakui oleh negara lain, Indonesia juga membutuhkan generasi yang berkualitas, berprestasi, tangguh dan sportif. Tema Kejurnas PPS. Betako Merpati PutihV/2010 adalah:
“Melalui Kejuaraan Nasional PPS. Betako Merpati Putih ke V kita kukuhkan kiprah dan peran Merpati Putih sebagai pilar pelestarian nilai budaya dan jati diri ”- “SaveOurCulture”
Materi yang dipertandingkan pada Kejurnas MP V/2010 :
1.  Laga(fighting)
2.  Stamina dan tenaga(pemecahan benda-benda keras)
3.  Getaran(tutup mata dan pemukulan benda keras dengan getaran)
4.  Seni tunggal,berpasangan dan regu
Pesan yang ingin disampaikan dari Kejurnas MP V/2010:
1.  Mempertahankan seni budaya bangsa dan menjaga kemurniannya
2.  Memantapkan ketangkasan dalam seni beladiri Merpati putih dikalangan anggota
3.  Lebih memasyarakatkan seni beladiri Merpati Putih di masyarakat
4.  Menggali potensi pesilat yang tangguh
Sampai saat ini PPS Betako Merpati Putih merupakan salah satu budaya bangsa Indonesia yang berada dibawah naungan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) salah satu Pencak Silat kebanggaan bangsa dan merupakan salah satu wadah pengembangan diri menjadi manusia yang mencintai budayanya sendiri, terutama seni bela diri.
*Team SI : Kong Nizam, Ipam MJ,Sarkam
20100713 merpati putih

Kamis, 28 Oktober 2010

"CAPOEIRA''

Sejarah Capoeira



Pada zaman perbudakan, banyak budak yang diambil dari benua Arfrika. Budak-budak tersebut merupakan tawanan perand dari suku-suku yang kalah perang dalam perang “adu domba” yang di dalangi Portugis. Para tawanan perang tersebut kemudian dibawa oleh Portugis ke Amerika selatan dan sebagian wilayah eropa. Mereka bekerja di perkebunan, tambang, dan pabrik-pabrik. Setelah bekerja, para budak-budak ditempatkan di camp-camp budak yang disebut dengan Zenzalas. Didalam zenalas tersebut para budak dari berbagai suku yang bertikai tersebut dikumpulkan menjadi satu.
Jogo diawal berdirinya Capoeira
Para budak yang melakukan perlawanan melarikan diri dan membuat Camp pertahanan di hutan sekitar tempat ia bekerja dulu. Nah sampai akhirnya seseorang yang bernama Manuel dos reis machado menggunakan tarian Zebra yang telah disisipkan gerakan bertempur untuk mengalahkan pasukan yang berada di suatu kapal laut Portugis. Presiden Brazil sangat kagum dan memanggil beliau untuk memperagakan gerakan-gerakan yang ia pakai. Akhirnya secara kesuluruhan kumpulan gerakan tersebut diberi nama Capoeira yang berarti juga “Padang Rumput Yang Hijau” tetapi masih banyak versi yang lainnya. Capoeira kemudian diangkat menjadi Olahraga tradisional Brazil.